THANKS to the millions of Americans who made their voices heard and helped bring the shutdown to an end. Now let’s get back to work.” Demikian Presiden AS Barack Obama menyampaikan rasa terima kasihnya kepada rakyat via Twitter, Rabu (16/10/2013) malam waktu setempat.
Drama satu babak dalam pemerintahan Obama telah berakhir. Lewat berbagai perdebatan dan aksi yang seharusnya dapat dilakukan beberapa pekan sebelumnya, tercapailah kesepakatan. Bagi sebagian orang, drama ini ingin menampilkan AS sebagai pahlawan atas pemulihan ekonomi global.
Pagu utang baru yang naik menjadi 16,7 triliun dollar AS disetujui Kongres AS dan hal ini menghilangkan kekhawatiran AS mengalami gagal bayar. Pernyataan resmi Gedung Putih menyebutkan, Obama menandatangani anggaran pemerintah Federal beberapa saat setelah lepas tengah malam kemarin.
Dengan Obama yang bergeming tidak mengubah sedikit pun anggaran Obamacare, kubu Partai Republik akhirnya memberi jalan dihentikannya shutdown sementara hingga 15 Januari dan dinaikkannya batas atas utang hingga 7 Februari 2014. Rancangan anggaran disetujui senat dengan 81 suara mendukung berbanding 18. Pemungutan suara di DPR mendapat 285 suara mendukung berbanding 144 suara menolak.
Reaksi pasar positif. Bursa saham Wall Street naik diikuti menghijaunya mayoritas bursa saham global, termasuk IHSG di Bursa Efek Indonesia. IHSG pada Kamis (17/10/2013) ditutup naik 26,67 poin (0,59 persen) ke level 4.518,93.
Drama satu berakhir menunggu drama berikutnya yang juga cukup serius. Fokus pasar akan kembali ke arah kapan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengurangi program stimulus (tapering) berupa pembelian obligasi mulai dilakukan. Bursa-bursa pun tampaknya bakal kembali ke pakemnya, naik untuk turun dan turun untuk kembali naik.
”Tidak ada kalender tetap (untuk tapering),” kata Gubernur The Fed Ben Bernanke kepada pers dalam konferensi pers, September lalu. ”Jika data mengonfirmasi proyeksi dasar, jika kita lebih percaya diri, kita bisa bergerak (mengurangi stimulus) pada akhir tahun ini,” ujarnya.
Sinyal pengurangan stimulus mulai tahun ini dikumandangkan Bernanke sejak Mei 2013. Sejak itu pula, dana keluar dari pasar keuangan dan pasar modal negara berkembang, seperti Indonesia, China, India, dan Brasil. Arus dana keluar itu juga menekan nilai tukar mata uang di negara-negara itu.
Ekonomi AS belum juga stabil. Bahkan, The Fed memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun ini dan tahun depan. Namun, Bernanke menegaskan pengurangan stimulus sangat bergantung pada berlanjut atau tidaknya pemulihan perekonomian AS saat ini. ”Kami terikat dengan data,” dalihnya. Pasar pun menunggu kebijakan pengganti Ben, yakni Janet Yallen.
Lepas dari perkembangan di AS, benar kiranya apa yang dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia agar fokus memperbaiki respons atas sentimen di tingkat global itu. Hal-hal itu akan semakin baik jika bersamaan dengan upaya meningkatkan kinerja ekonomi domestik. Neraca Pembayaran Indonesia diharapkan terus membaik, tekanan inflasi mereda, dan cadangan devisa bertambah. Saat sentimen membaik, modal pun akan kembali mengalir ke Indonesia.(sumber)