Penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menunda tapering program stimulusnya hingga tahun depan terus membebani dollar AS. Ini diharapkan dapat memberi ruang kenaikan pada rupiah, termasuk pada akhir pekan ini, Jumat (25/10/2013).
Kemarin laju nilai tukar rupiah kembali terkoreksi, meski tipis, seiring dengan pelemahan sejumlah mata uang Asia pasca-merespons negatif sentimen dari China yang bank sentralnya menolak melakukan injeksi pendanaan kepada sistem keuangan negeri itu. Hal ini menurut riset Trust Securities menimbulkan penilaian terhadap perekonomian China akan melambat.
Namun semalam, seperti dilaporkan riset Monex Investindo Futures, mata uang euro merangsek ke level puncak dalam dua tahun versus dollar AS seiring kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan kebijakan moneter AS meredam dampak dari data zona euro yang lemah.
Penurunan yield obligasi AS dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menunda tapering program stimulusnya hingga tahun depan terus membebani dollar AS. Rupiah kemarin berada di bawah target resisten Rp 11.241 per dollar AS.
Di perdagangan terakhir pekan ini rupiah diproyeksikan ada di rentang Rp 11.338-11.240 per dollar AS (kurs tengah BI).(sumber)