Mengutip data Bloomberg, pada pukul 10.02 waktu Tokyo, dollar melemah 0,2% menjadi 99,48 yen di Tokyo, setelah kemarin mencatat pelemahan hingga 1%. Ini merupakan pelemahan terbesar sejak 10 Juli lalu.
Sementara itu, jika berhadapan dengan euro, nilai tukar dollar tak banyak mencatatkan perubahan di posisi US$ 1,3189 per euro. Kemarin, dollar menembus posisi US$ 1,3218 per euro, yang merupakan level terlemah sejak 21 Juni lalu. Sedangkan posisi yen menguat 0,2% menjadi 131,21 per euro.
Dollar AS terlihat tidak bertenaga serelah para trader meningkatkan ekspektasinya terhadap waktu pelaksanaan kenaikan suku bunga acuan. Hasil survei Bloomberg menunjukkan, investor memprediksi terdapat 41% kemungkinan bagi bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya antara 0-0,5% atau lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2014.
Bandingkan dengan pekan lalu di mana investor melihat 49% kemungkinan bagi the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan.
“Taruhan atas pergerakan bullish dollar AS kian menurun setelah the Fed menekankan pengurangan nilai stimulus sangat tergantung pada data ekonomi. Dan sepertinya, bank sentral AS tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan,” jelas Yuki Sakasai, foreign exchange strategist Barclays Plc di New York.
